PARAMETER KUALITAS GAMBAR
A. Parameter kualitas gambar
Parameter
adalah sebuah acuan atau tolak ukur yang dapat digunakan untuk menetapkan
keadaan atau kondisi, maupun kadar atau ukuran kualitas suatu gambar radiograf.
B. Faktor-faktor yang menjadi parameter kualitas gambar ialah :
1. Densitas
Yaitu
tingkat derajat kehitaman suatu gammbaran radiografi. Kehitaman terjadi akibat
adanya interaksi antara sinar-x dan emulsi film. Density
(Densitas Radiografik): Gambaran hitam pada hasil radiograf ditetapkan sebagai
densitas. Hasil densitas yang semakin baik terdapat pada area yang dimana
sinar-x ditangkap oleh film dan dikonversikan ke warna hitam, silver metalik. pengukuran rata
–
rata densitas dengan
menggunakan alat Densitometer pada
ketebalan yang berbeda
–
beda yaitu 5 cm,
10 cm, 15 cm dan 20 cm serta luas lapangan
penyinaran yang bervariasi yaitu 15 cm X
15 cm, 20 cm X 20
cm dan 30 cm X 30 cm.
Densitas dipengaruhi oleh :
n kV= Tegangan listrik (kV) adalah satuan beda potensial
yang diberikan antara katoda dan anoda didalam tabung Roentgen. kV atau
Tegangan listrik akan menentukan kualitas sinar-x dan daya tembus sinar-x,
makin tinggi besaran tegangan listrik yang digunakan makin besar pula daya
tembusnya. kV lah yang sangat berpengaruh pada densitas karena semakin tinggi
kV tersebut maka semakin tebal juga densitasnya.
n mA= Arus dan waktu adalah pekalian arus listrik (mA) dan
waktu exposi (s), yang mana besaran arus ini menentukan kuantitas radiasi.
Dalam setiap pemotretan pada berbagai bagian tubuh mempunyai besaran arus dan
waktu tertentu. Pada dasarnya arus tabung yang dipilih adalah pada mA yang
paling tinggi yang dapat dicapai oleh pesawat, agar waktu exposi dapat
sesingkat mungkin, sehingga dapat mencegah kekaburan gambar yang disebabkan
oleh pergerakan. Waktu exposi yang relative panjang digunakan pada teknik
pemeriksaan yang khusus misalnya tomografi. Peningkatan mA akan menambah
intensitas sinar-x, dan penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua
intensitas sinar-x atau derajat terang/brightness akan bertambah sesuai dengan peningkatan
intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat terang dapat
diatur dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang
bervariasi akan terus membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang
lainnya.
n Second= Waktu lama eksposi dalam sekonde ( detik )
n mAs= Merubah mAS akan mempengaruhi tenaga berkas sinar-x
secara total yang dihasilkan oleh tabung sinar-x selama eksposi ; perubahan mAS
tidak merubah kualitas berkas sinar-x . Keluaran sinar-x dari tabung dan tenaga
yang dilepaskan pada reseptor gambar selama eksposi akan berbeda langsung
dengan mAS. Sebagai contoh , jika mAS di duakalikan maka sistim film screen
akan menerima duakali tenaga .
n FFD= Focus Film
Distance (FFD) adalah jarak antara film dengan objek yang akan diperiksa.
n Ketebalan
objek= Semakin tebal objek yang akan difoto, faktor eksposi
semakin meningkat
n Luas
lapangan penyinaran= Membatasi dan
mengurangi luas lapangan penyinaran pada suatu pemotretan akan mengurangi
jumlah radiasi hambur yang akan mempengaruhi kontras. Pembatasan kolimasi
disesuaikan dengan kebutuhan klinis.
2. Kontras
Perbedaan gambaran antara derajat
kehitaman dan putih akibat adanya perbedaan daya absorbsi objek terhadap
sinar-x. Konters dibagi menjadi 2 yaitu :
n
Kontras subjektif :
perbedaan presepsi/penilaian mata, masing-masing orang dalam membedakan kontras
radiografi.
n
Kontras objektif :
perbedaan gambaran hitam dan putih yang diukur dengan alat densitometer.
Faktor
yang mempengaruhi kontras :
n Tegangan
tabung= Peningkatan
tegangan tabung sinar-X menyebabkan perbedaan sinar-X yang ditransmisikan oleh
obyek, sehingga menghasilkan densitas yang dan kontras radiograf yang berbeda.
Pengaruh peningkatan tegangan tabung sinar-X terhadap kontras radiograf
diperoleh melalui pengukuran densitas radiograf setelah sinar-X menembus
stepwedge. Perbedaan kehitarnan (densitas) pada stepwedge setiap kenai.kan
tegangan tabung menghasilkan kontras radiograf. Untuk mengetahui pengaruh
peningkatan tegangan tabung sinar-X terhadap dosis radiasi yang diterima oleh
pasien, dilakukan melalui pengukuran laju dosis radiasi hambur. Hashl
penelitian meriunjukkan, semakin tinggi tegangan tabung sinar-X, kontras
radiograf yang dihasilkah rendah, tetapi dosis radiasi yang diterima oleh
pasien iebih kecil. Kata kunci : tegangan tabung (kV), densitas radiograf,
kontras radiograf, laju dosis radiasi hambur dan dosis total pasien
n Perbedaaan
koefisien atenuasi linear gambar, dipengaruhi oleh kecepatan jenis dan nomor
atom objek.
n Radiasi
hambur akan menurunkan nilai kontras=
Kenaikan tegangan dan arus tabung serta penambahan luas lapangan penyinaran
dapat menimbulkan bertambahnya jumlah radiasi hambur yang sampai ke
film,sehingga mengakibatkan penurunan kontras radiografi.
n Penggunaan
grid akan meningkatkan kontras radiografi dan menyerap radiasi hambur
n Processing
film : agitasi yang terlalu lama menyebabkan gambaran hitam meningkat (kontras
menurun), cairan processig yang lemah menyebabkan kontras menurun.
3. Ketajaman gambar
Ketajaman
gambar dipengaruhi oleh :
a. Faktor
geometrik : faktor yang berhubungan dengan pembentukan bayangan, dipengaruhi
oleh :
*
Ukuran fokus
Setiap
pesawat rontgen memiliki perbedaan ukuran fokus. Semakin kecil fokus, semakin
tajam hasil gambaran
*Jarak
Semakin
jauh FFD(Focus Film Distance) /jarak antara focus(sinar) dengan film/kaset atau
semakin dekat OFD(Objek Film Distance)/jarak antara objek yang diperiksa dengan
film/kaset , maka semakin tajam gambaran yang dihasilkan.
b. Faktor
pergerakan : yang berhubungan dengan
penderita (pasien) dan alat. 2 macam
pergerakan:
Pergerakan
subjektif, yaitu pergerakan yang disebabkan oleh organ-organ yang bergerak
secara sadar, contoh: denyut jantung, paru-paru, dll yang menyebabkan kekaburan
gambaran.
Pergerakan
objektif, yaitu pergerakan dari objek yang dapat dikendalikan secara sadar,
contoh : pada tulang.
c. Faktor
fotografi : atau intrinsik; yang
berhubungan dengan bahan perekam citra.
4. Detail
Detail merupakan kualitas radiograf
berdasarkan ketajaman dilihat dari garis luar yang membentuk gambar dan kontras
antara beberapa struktur yang terekam. Jika garis luar yang membentuk gambar
sangat jelas dilihat dan kejernihan detail ini dapat dikatakan bagus.
5. Faktor pemaparan
a.
KVP: Pada saat kilovolt ditingkatkan
maka akan menghasilkan sinar-x yang memiliki tenaga penetrasi yang lebih besar.
Jika tenaga penetrasi sinar meningkat maka kontras pada gambar radiograf yang
dihasilkan akan menurun. Maka dariitu perlu dikondisikan ukuran yang maksimum.
b.
ma: Pada saat miliampere meningkat
kuantitas sinar akan meningkat dan dengan begitu akan menghasilkan ketajaman
gambar pada radiograf.
c.
Waktu Pemaparan (detik): Pemaparan
yang berlebih ataupun pemaparan yang kuran akan mempengaruhi hasil radiograf.
Hal yang baik dilakukan adalah mengurangi waktu pemaparan ke waktu minimum
untuk menghindari adanya pergerakan oleh pasien pada saat dilakukan pemaparan.
d.
Focal spot-Film Distance.
(Focus-Film Distance): Pada saat jarak pemaparan dibuat dekat maka
intensitasnya akan meningkat tetapi akan ada kecenderungan terjadi pembesaran
gambar. Oleh karena itu perlu ditempatkan pada jarak yang optimal. Biasanya
jaraknya dibuat konstan sejauh 36 inci.
e.
Jarak bagian film: Jarak antara
bagian yang akan terpapar dan film harus seminimal mungkin dengan tujuan untuk
mendapatkan ketajaman yang bagus dan untuk menghindari pembesaran gambar. Jarak
yang dibuat adalah nol dengan menetapkannya tetap kontak dengan kaset.
f.
Ketebalan jaringan: Jika ketebalan
jaringan meningkat maka KVP harus ditingkatkan untuk mendapatkan tenaga penetrasi
sinar yang lebih besar.
g.
Tipe film yang digunakan: Film yang
berbeda dengan atau tanpa intensfying screen dipilih tergantung pada keperluan.
Parameter kualiltas gambar pada CT-Scan
Gambar
pada Ct-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas sinar-x yang mengalami
perlemahan setelah menembus objek, ditangkap detektor dan dilakukan pengolahan
dalam komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang
dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menegakkan diagnosa.
Pada
CT-scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar
yang optimal (Bushberg,2003).
Adapun
parameter tersebut adalah :
a. Slice
thickness
Slice thickness adalah tebalya irisan
atau potongan dari objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm –
10 mm sesuai keperluan klinis. Slice thickness yang tebal akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan slice thickness yang tipis
akan menghasilkan gambar dengan detail yang tinggi. Slice thickness yang tebal
akan menimbulkan gambar yang mengganggu seperti garis-garis dan apabila slice
thickness selalu tipis akan menghasilkan noise yang tinggi.
b. Scan
range
Scan range adalah pepaduan atau
kombinasi dari beberapa slice thickness yang bermanfaat untuk mendapatkan
ketebalan potongan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.
c. Faktor
eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap eksposi, meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA)
dan waktu (s). Besarnya tegangann tabung dapat dipilih secara otomatis pada
setiap pemeriksaan (Jaengsri,2004)
Tegangan
tabung (kV) adalah beda potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin
tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda
sehinnga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus
tabung (mA) adalah kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-x, apabila arus
tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu
(s) adalah lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron.
mAs berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kualitas sinar-x.
d. Field
Of View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal
dari gambar yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada
pada rentang 12cm – 50cm.
Field of view (FOV) kecil akan
meningkatkan detail gambar (resolusi) karena field of view (FOV) yang kecil
mampu mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya
lebih teliti.
Field
of view (FOV) kecil, antara 100mm – 200mm akan meningkatkan resolusi sehingga
detail ambar dan batas objek akan tampak jelas. Field of view (FOV) kecil akan
menyebabkan noise meningkat (Nesseth,2000).
Field of view (FOV) sedang, yaitu 200mm
diharapkan gambar yang menghasilkan memiliki spesial resolusi yang baik, noise
serta artefak sedikit (Genant,1982)
Field of view (FOV) besar, antara 350mm
– 400mm akan menghasilkan spesial resolusi yang rendah karena pixel menjadi
besar akibat dilakukannya magnifikasi. Field of view (FOV) besar akan
menyebabkan noise berkurang dan kontras resolusi meningkat serta dapat
dihindari munculnya streak artifact (Genant,1982).
e. Gantry
Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk
antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dengan detektor). Rentan
gantry tilt antara -300 sampai +300. Gantry tilt bertujuan untuk keperluan
diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi, dan menentukan sudut irisan
dari objek yang akan diperiksa. Satuan ukur penyudutan gantry adalah derajat (
ͦ ).
f. Pitch
Pitch adalah jangka waktu yang
berhubungan dengan suatu kecepatan dan jarak. Pada CT-Scan helical, pitch
didefinisikan sebagai jarak (mm) pergerakan meja CT-Scan selama satu putaran
tabung sinar-x. Pitch digunakan untuk mengitung pitch ratio yang mana merupakan
suatu ratio pada pitch untuk slice thickness/beam collimation, pitch ratio
(pitch) yaitu 1:1 atau sederhananya 1. Suatu ppitch dengan nilali 1
menghasilkan kualitas yang terbaik dalam CT-Scan helical. Pitch ditingkatkan
untuk meningkatkan volume coverage dan kecepatan proses scanning. Nilai pitch
berada dalam range 0 sampai dengan 10, sedangkan pitch faktor antara 1 dan 2.
g. Rekonstruksi
matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan
baris dan kolom dari picture element (pixel) dalalm proses perekonstruksian
gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam
memori komputer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umunya matriks
yang digunakan beukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 12 kolom. Pada
pemeriksaan CT-Scan ukuran matriks disesuaikan dengan alat yang tersedia.
Rekonstruksi matriks berpengariuh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi
matriks yang dipakai maka semakin tinggi detail gambar yang dihasilkan
(Bushberg,2003).
h. Rekonstruksi
algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur
matematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan
karakterisktik dari gambar CT-Scan tregantung dari kuatnya algorithma yang
dipilih. Semakin tinggi rekonstruksi algorithma yang dpilih maka semakin tinggi
resolusi yang dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperyi
tulang, soft tissue dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas
pada layar monitor.
i.
Window width
Window width adalah nilai computed
tomography yang dikonfersi menjadi gray scale untuk ditampilakn ke TV monitor.
Setelah menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan
algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal
dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai nilai HU (Hounsfield
Unit).
Dasar pemberian nilai ini adalah air
dengan nilai 0 HU, jaringan lunak 140 HU sampai dengan 400 HU, untuk tulang
mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi udara
nilai yang dimiliki -1000 HU. Jaringan atau subtansi lain dengan nilai yang
berbeda tergantung dari nilai perlemahannya. Jadi penampakan tulang pada
monitor menjadi putih dan udara menjadi hitam. Jaringan dan subtansi lain akan
dikonversi menjadi warna abu-abu bertingkat yang disebut gray scale. Khusus
untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi
putih apabila diberi media kontras (Rasad,1992).
j.
Window level
Window level adalah nilai tengah dari
window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan
tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa.
Window level menetukan densitas (derajat kehitaman) gambar yang dihasilkan.
Untk jaringan lunak 30 HU – 40 HU, sedangkan untuk tulang 200 HU – 400 HU .
Nilai
CT pada jaringan yang berbeda dan penampakannya dalam layar monitor (Bontrager,
2001)
Tipe
jaringan nilai CT (HU) penampakan
Tulang
|
+
1000
|
putih
|
Otot
|
+
50
|
Abu-abu
|
Materi putih
|
+45
|
Abu-abu
merah
|
Materi abu-abu
|
+40
|
Abu-abu
|
Darah
|
+20
|
Abu-abu
|
CSF
|
+15
|
Abu-abu
|
Air
|
0
|
Abu-abu
|
Lemak
|
-100
|
Abu-abu
|
Paru
|
-200
|
Abu-abu
|
Udara
|
-1000
|
hitam
|
sumber:
http://www.parijabar.com/index.php/radiografi/ct-scan/78-computed-tomografi
0 komentar:
Posting Komentar